KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI

 

KOMUNIKASI PADA ANAK USIA DINI

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pendidikan anak. Melalui pendidikan keluarga, komunikasi orang tua sangatlah penting dalam rangka pembentukan seorang anak. Komunikasi dalam keluarga diharapkan terjadi interaksi,saling tukar menukar pengetahuan, pendapat, pengalaman dan sebagainya. Di dalam keluragalah anak mengena lkasih sayang, berbagai kebiasaan, nilai-nilai hidup, mengadaptasi perilaku dari orang tuanya, dan mengenal tanggung jawab sebagai kosekwensi perilakunya. Pendidikan pertama dan utama yang dialami anak dalam keluarga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak termasuk di dalamnya kemampuan berpikir kreatif. Keluarga merupakan instrumen penting yang memiliki kekuatan untuk memudahkan atau menghambat berkembangnya.

Sekolah merupakan lingkungan kedua dalam pendidikan anak,setelah lingkungan keluarga. Lingkungan sekolah harus kondusif bagi pertumbuhan kemampuan berpikir kreatif anak. Iklim kondusif bagi perkembangan kemampuan berpikir kreatif anak tersimpul secara integral dalam berbagai aspek kehidupan sekolah, yang tercakup didalamnya komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan fasilitas belajar yang tersedia, dan kesempatan-kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif melalui aneka kegiatan disekolah. Disekolah, guru memiliki peranan yang sangat penting dalam konteks perkembangan potensi kreatif anak. Guru disamping sebagai educator, fasilitator, dan lain sebagainya, juga harus dapat berperan sebagai komunikator dalam proses belajar-mengajar.

Lingkungan kehidupan masyarakat merupakan lingkungan ketiga dalam pendidikan anak. Baik sebelum maupun sesudah anak sekolah, sebagian waktunya dipergunakan untuk bergaul dengan orang lain disekitarnya. Dari hasil pergaulan dengan lingkungannya ini dapat mempengaruhi perkembangan kerativitasnya. Hal ini diakibatkan oleh adanya tradisi, adat istiadat, dan kebiasaan yang diterima sebagai etika masyarakat yang mempengaruhi perilaku kelompok dan perilaku individu.

Komunikasi dalam lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah dapat dibedakan menjadi 2,yaitu :

1. Komunikasi efektif apabila berdasarkan hasil-hasil studi kepustakaan mampu menciptakan situasi komunikasi yang kondusif bagi perkembangan kemampuan berpikir kreatif.

2. komunikasi yang tidak efektif, bila secara teoretis kurang atau tidak memberikan kemungkinan untuk berkembangnya kemampuan berpikir kreatif individu.

Sehubungan dengan itu, untuk mengkaji komunikasi anak dengan orang tua dan guru dengan siswa dilingkungannya masing- masing dikembangkan model komunikasi yaitu,Efektivitas komunikasi antara lain tergantung kepada situasi dan hubungan sosial antara komunikator dengan komunikan terutama dalam ruang lingkup frame of reference (kerangka rujukan), maupun luasnya pengalaman diantara mereka.

Titik berat model yang dikembangkan, mengacu kepada dua unsur pokok, yaitu :

1. Unsur komunikator  adalah aspek howto communicate, yaitu mengacu kepada pola perilaku atau gaya komunikator ketika mencobamempengaruhi komunikan atau ketika menyampaikan pesan-pesannya kepada komunikan.

2. Unsur komunikan adalah aspek frame of reference (kerangka rujukan), yaitu panduan pengetahuan dan pengalaman komunikan, yakni kemampuan berpikir kreatif. Aspek how to communicate, dibedakan ke dalam tiga klasifikasi, yaitu

·         Gaya komunikasi imstruksional (Instructive Communicarion Style),

·          Gaya komunikasi partisipasi (Participative Communication Style),

·         Gaya komunikasi delegasi (delegative communication style),

Sedangkan frame or reference (kemampuan berpikir kreatif) komunikan juga diklasifikasi ke dalam tiga klasifikasi, yaitu :

·         Tingkat rendah,

·         Tingkat sedang,

·         Tingkat tinggi.

Asumsinya adalah bahwa komunikasi yang efektifdapat tercapai, apabila guru atau orang tua mampu mengadaptasiperilaku atau gaya komunikasinya dengan tingkat kemampuan berpikir kreatif anak sebagaimana dijelaskan berikut ini :

Gaya komunikasi instruksional (G1) adalah gaya komunikasiyang dikembangkan oleh orang tua dan guru melalui sikap, perbuatan, dan ucapannya yang cenderung lebih banyak memberikan penjelasan, pengarahan secara spesifik (apa, mengapa, siapa, bagaimana, dimana, dan kapan) tentang pesan-pesan yang disampaikannya. Gaya komunikasi seperti ini bersifat satu arah, instruksional (linier, oneway communication). Artinya, komunikator lebih banyak berperan secara akif dalam menjelaskan dan mengarahkan secara spesifik (apa, mengapa, siapa, bagaimana, dimana, dan kapan) tentang pesan-pesan yang disampaikannya.

Gaya komunikasi partisipasi (G2) adalah gaya komunikasiyang ditampilkan komunikator (orang tua danguru) melalui sikap, perbuatan, dan ucapannya yang cenderung memberikan kesempatan kepada anak untuk ikut terlibat dalam proses.

Perasaan positif dipahami sebagai suasana komunikasi antarpribadi di mana komunikator merasa bahwa :

(1) pesan-pesan dipandang pribadinya bersifat menyenangkan;

(2) pribadi komunikator menyenangkan;

(3) suasana kebatinan bersama antara komunikator dan komunikanmenyenangkan.;

(4)suasana kebathinan bersama antara komunikator dan komunikan menyenangkan.

Memberikan dukungan dipahami sebagai sikap seorang komunikator yang mengurangi sikap defensive dalamkomunikasi. Memelihara keseimbangan dipahami sebagai sikap komunikan yang :

(1) merasa pribadinya sederajat dengan komunikan;

 (2) bersifat horizontal dan demokratis;

(3) menjaga keselarasan dan keserasian dengan memberikan kesempatan yang sama dalam menyampaikan pesan;

(4) beranimenyatakan telah salah persepsi terhadap pesan tentang komunikan.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBUTUHAN ANAK USIA DINI

BERMAIN BOY-BOYAN BERSAMA ANAK USIA DINI 5-6 TAHUN

OBSERVASI TANAMAN POHON PEPAYA